Brendan Rodgers santer dikabarkan akan menjadi penerus tongkat kepelatihan Manchester United untuk menggantikan Ole Gunnar Solskjaer. Masa depan Solskjaer bersama Manchester United memang berada di ujung tanduk usai kekalahan memalukan melawan Manchester City pada pekan ke 11 Liga Inggris. Dan nama pelatih Leicester City, Brendan Rodgers naik kepermukaan untuk menjadi pelatih favorit Setan Merah di masa depan.
Dilansir Caught Offside, Rodgers telah sepakat untuk melatih Setan Merah namun tidak dalam waktu dekat, ia ingin menyelesaikan tanggung jawabnya bersama Leicester hingga akhir musim 2021/2022. “Brendan Rodgers telah memiliki kesepakatan verbal untuk menjadi pelatih baru Manchester United," tulis Caught Offside dalam laporanya. "Rodgers ingin menunggu hingga akhir musim, namun pihak Manchester United ingin Rodgers datang secepatnya,” lanjutnya.
Menurut sumber yang sama, dipilihnya Rodgers untuk menjadi nakhoda baru Setan Merah adalah pilihan paling realistis bagi manajemen United. Perginya Antonio Conte ke Tottenham Hotspur dan Zinadine Zidane yang secara gamblang menolak tawaran, membuat nama Brendan Rodgers dipilih oleh Setan Merah. Eks juru taktik Liverpool tersebut dirasa memiliki kapabilitas untuk menukangi tim sebesar Manchester United. Kiprah menterengnya bersama Leicester City selama ini adalah alasan utamanya.
Sejak musim lalu, The Foxes memang menjadi tim unggulan yang keterlibatannya dalam mengganggung kenyamanan tim big six di Liga Primer Inggris begitu mencolok. Tak hanya itu, sudah ada sumbangan dua gelar (FA Cup dan English Super Cup) enam tahun sejak Leicester City secara mengejutkan meraih gelar Liga Primer Inggis pada musim 2015/2016. Kedua trofi domestik tersebut berhasil mereka raih dengan mengalahkan dua tim raksasa Liga Primer Inggris yaitu Chelsea dan Menchester City.
Artinya, The Foxes bukan lagi dianggap sebagai tim kuda hitam, keberadaanya memang diakui sebagai tim yang mampu finish di papan atas dan bersaing memperebutkan gelar, serta mewakiliki Inggris untuk berkompetisi di laga laga Kontinental. Meski sempat terseok seok di musim 2016/2017 dan 2017/2018,Leicester Cityberhasil bangkit dan tampil konsisten bersama juru taktik asal Irlandia Utara,Brendan Rodgers. Rodgers sengaja didatangkan The Foxes berkat catatan menterengnya di Liga Skotlandia bersama Glasgow Celtic.
Saat itu, pelatih berusia 48 tahun tersebut sukses meraih tujuh frofi domestik untuk The Hoops dalam waktu kurang dari tiga tahun, mengesankan. Bak juru selamat, Rodgers berhasil mengangkat kembali derajat The Foxes di musim 2019/2020. Kasper Schmeichel dan kolega mampu dibawanya untuk bersaing di papan atas Liga Primer Inggris dan bersaing untuk memperubatkan satu tiker Liga Champions.
Sayangnya, akibat banyaknya pemainLeicester Cityyang diterpa cedera kala itu, membuat The Foxes harus puas finish di peringkat lima dan hanya tampil di Liga Eropa. Namun, hasil tersebut sudahlah cukup mentereng untuk tim sekelas Leicester yang tak lakukan jor joran untuk membeli pemain seperti tim tim elit Liga Primer Inggris lainnya. Tampil secara kolektif dan konsisten menjadi kunci tim asuhan Brendan Rodgers mampu banyak berbicara di kompetisi paling kompetitif di dunia tersebut.
Buktinya, di musim selanjutnya (2020/2021) The Foxes kembali mampu finish di peringkat lima Liga Primer Inggris dan berada di atas dua tim big six lainnya asal London, Tottenham Hotspur dan Arsenal. Plus, di musim tersebut, Tielemans dan kawan kawan juga berhasil membawa pulang dua trofi domestik yang sudah disebutkan di atas. Scouting pemain dan rekrutmen cerdas menjadi kunci dibalik konsistennya penampilan Leicester di dua musim tersebut.
Kehilangan sederet pemain bintang, justru membuat The Foxes mampu menambalnya dengan sejumlah pemain potensial yang menjadi tulang punggung tim, tak terlalu mentereng namun begitu efektif. Pada musim 2019/2020,Leicester Citymenjual tiga pemain dengan total biaya 88,5 juta euro. hampir seluruh dari dana tersebut adalah hasil dari penjualan Harry Maguire ke Manchester United. The Foxes pun merogoh kocek hingga 104,3 juta euro untuk memboyong empat pemain unggulan, yaitu Ayoze Perez, James Justin, Dennis Praet, dan punggawa Timnas Belgia, Youri Tielemans.
Di musim selanjutnya, Leicester juga menjual pemain bintang mereka, Ben Chilwell ke tim kaya raya Inggris, Chelsea dengan biaya transfer 50 juta euro. Sebagai gantinya, The Foxes mampu memboyong dua pemain lain yang tak kalah secara kualitas, yaitu Wesley Fofana dan Timothy Castagne. Ya, sederet nama yang diboyongLeicester Citytak ada yang berakhir sia sia, mereka mampu menjadi andalan tim di lini belakang hingga depan.
“Kami membangun tim demi menjadi sekompetitif mungkin tanpa melakukan pemborosan dalam membelanjakan pemain,” kata Rodgers dilansir laman resmiLeicester City. "Pemain yang kami beli kami gunakan untuk mengangkat performa kami di liga, tak harus nama besar, mereka harus mempunyai prospek disini," lanjutnya. Ucapan Rodgers bukanlah isapan jempol semata. Bahkan, Wesley Fofana sempat menjadi bidikan tim tim elit Eropa karena keperkasaannya menjaga pertahanan The Foxes.
Sedangkan Youri Tielemans dapat dikatakan sebagai rekrutan terbaik tim yang berbarkas di Stadion King Power Stadium tersebut. Ia mampu menjadi jendral lapangan tengah Leicester serta beberapa kali menjadi pemecah kebuntuan untuk The Foxes. Sejak didatangkan tiga tahun silam, pemain berusia 24 tahun tersebut mampu menyumbang 20 gol dan 22 assist untuk The Foxes.
Tak hanya dalam urusan menyerang, ia juga menjadi tumpuan Leicester dalam aspek menjaga pertahanan. Bersama Wilfred Ndidi, ia bertugas mengawal dan memutus serangan lawan dari lini tengah. Di musim ini, rekrutan terbaru mereka asal Zambia, Patson Daka juga mampu menunjukan tajinya dalam urusan mendongkrak lini serang The Foxes.
Patson Daka merupakan striker anyar The Foxes yang diboyong dari klub Austria, RB Salzburg pada transfer musim panas tahun ini. Striker berusia 23 tahun tersebut ditebus dengan harga 30 juta euro atau sekitar Rp 490,9 miliar, Dakamenjadi pemain Zambia keempat yang berkiprah di Liga Primer Inggris. Bukan tanpa alasan Leicester berani mengeluarkan dana sebanyak itu untuk memboyongnya, Daka merupakan striker tajam yang torehan golnya selalu berada di atas dua 20 saat bermain di Bundesliga Austria.
Di musim lalu saja, sang striker berhasil mencetak 27 gol dari 28 penampilan bersama Salzburg di Liga Austria, ia pun dinobatkan sebagai pemain terbaik musim 2020/2021. Patson Daka memang didatangkan The Foxes untuk menambal posisiJamie Vardyyang sudah berusia 34 tahun. Daka dianggap sebagai pengganti jangka panjang yang sepadan untuk top skorLeicester Citydi 4 musim berturut turut tersebut.
"Itu adalah alasan utama kami memboyongPatson Daka, dia sangat mirip denganJamie Vardysaat bermain," kataBrendan Rodgerssaat awal kedatangan Daka diLeicester CitydilansirThe Guardian. "Dia bisa berlari dari belakang dengan cepat, dia juga memiliki kemampuan finishing yang hebat," lanjut eks pelatih Liverpool itu. Brendan Rodgers adalah pelatih yang handal dalam urusan mengembangkan bakat dan memanfaatkan atribut dari skuat yang dimilikinya.
Tak ada pemain yang didatangkan dengan sia sia. Justru pemain non bintang yang didatangkan Rodgers mampu dipolesnya menjadi sosok vital untuk tim. Seperti halnya Ferguson yang mampu memoles nama nama tak diperhitungkan sebelumnya seperti Chicharito, Anderson, hingga Luis Nani menjadi sosok penting untuk Setan Merah merengkuh trofi, Rodgers adalah orang yang memiliki kapabilitas untuk itu. Rodgers mampu memadukan pemain muda, senior, dan rekrutan barunya dengan baik untuk menjadi sebuah tim yang solid.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan kiprah Ole untuk United sekarang. Ia menyia nyiakan bakat pemain yang diboyong dengan mahar yang tak sedikit. Sebut saja Paul Pogba, Donny van de Beek, Jadon Sancho, hingga Alex Telles. Keempat pemain tersebut tak mampu memberi kontribusi yang berarti untuk Setan Merah. Hadirnya Rodgers ke Old Trafford jelas diharapkan oleh manajemen untuk menunjukan magisnya memoles barisan pemain mahal yang didatangkan United untuk menjadi sebuah tim yang kuat dan memiliki identitas bermain.